Masyarakat Semarang Sambut Meriah Tradisi Dugderan

Masyarakat ikut serta dalam sejumlah kegiatan serta ikut menyemarakan tradisi dugderan yang diselenggarakan setiap tahun menjelang puasa di Lapangan Simpanglima Semarang, Jumat (21/8).
Kegiatan yang berpusat di Lapangan Simpanglima dimulai Jumat pukul 06:00 WIB sedangkan yang berada di halaman Balaikota berupa upacara pemberangkatan karnaval oleh Wali Kota Semarang yang menampilkan rebana modern, warak dugder, rampak kendang, serta penghargaan pemenang festival dolanan bocah dimulai pukul 13:00 WIB.
Karnaval Dugderan 2009, dimulai dari Halaman Balikota menuju Jalan Pemuda, Masjid Kauman, Kranggan, Jalan Gajah Mada, Simpanglima, Jalan A. Yani, Jalan Brigjen Sudiarto, Jalan Gajah, dan berakhir di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).
Wali Kota Semarang mengikuti arak-arakan dengan menggunakan bendi hias, diiringi dengan barisan mobil hias Warag Ngendhog. Selain itu, untuk memeriahkan acara ini, di halaman Masjid Kauman juga digelar dugderantempoe doeleo sejak 15-21 Agustus yang menampilkan berbagai dolanan seperti gangsingan, egrang, meramu minuman takjil futur, klotekan sahur-sahur, dan kapal otok-otok.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Agung Prijo Utomo menjelaskan, dugderan adalah tradisi masyarakat Kota Semarang yang dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur datangnya bulan Ramadhan.
Agung mengatakan, kegiatan dugderan Kota Semarang merupakan bagian dari program Visit Indonesia Year 2009 dan untuk mendongkrak kedatangan wisatawan, untuk tahun 2009 dugderan mengalami perubahan dari tahun-tahun sebelumnya.
Jika sebelumnya terpusat di kompleks Masjid Agung Kauman dan sekarang dipecah di lima titik agar kegiatannya banyak dan semakin semarak. Ke lima titik tersebut yakni di Masjid Agung Kauman, MAJT, Masjid Baiturrahman, Lapangan Simpanglima, dan halaman Balaikota Semarang.
Ia mengatakan, peserta karnaval yang berasal dari Balaikota Semarang dengan peserta pasukan berkuda, pasukan Bendera Merah Putih, pasukan Bhineka Tunggal Ika, mobil hias, barisan bendi hias, barisan mobil hias Warak Ngendog, dan kendaraan hias.
Sementara yang dari Masjid Baiturrahman pesertanya, kelompok drum band, kelompok seni budaya, barisan mobil hias, dan kelompok partisipan lainnya dengan rute Baiturrahman mengitari Simpanglima dan kembali ke Baiturrahman untuk yang pejalan kaki. Sedangkan yang kendaraan rutenya Baiturrahman, Jalan Gajah Raya, dan berakhir di MAJT.
Tingginya antusias masyarakat untuk menyemarakkan kegiatan Dudgeran Kota Semarang, menyebabkan di sejumlah ruas jalan di Kota Semarang macet. (Ant/OL-02)

